- oleh admindinkes10
- 00 0000 00:00:00
- 7611 views
Oleh : Fivi Yanti, S.KM (Penyuluh Kesehatan Masyarakat pada puskesmas
Kalibawang, Kulon Progo)
Masa balita (bawah lima tahun) merupakan masa-masa emas bagi seorang anak. Balita bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil. Mereka punya kebutuhan yang spesifik sebagai bekal untuk menjadi manusia yang berkualitas. Kebutuhan masa balita tak akan bisa tergantikan pada masa selanjutnya, jika masa itu telah berlalu.
Pertumbuhan otak maksimal terjadi pada masa balita, sehingga balita membutuhkan asupan gizi yang sangat sempurna . Seringkali, balita kita justru mengalami masalah dalam pemberian makan. Diantaranya balita hanya menyukai makanan tertentu saja yang mungkin tidak mencukupi kandungan gizinya. Ada balita yang tidak pernah mau makan sayur atau buah, ada yang hanya mau makan mie instan saja, dan lain-lain.
Salah satu yang menyebabkan kesulitan itu, kemungkinan karena kesalahan atau ketidaktelatenan kita dalam mengenalkan berbagai makanan pada balita kita.
Saat ini, banyak sekali iklan di televisi tentang makanan jajanan yang mungkin membuat balita kita ingin mencobanya. Padahal belum tentu makanan itu mempunyai kandungan gizi yang baik. Di sinilah peran orang tua khususnya ibu, supaya benar-benar bisa memilih makanan yang memang layak untuk dikonsumsi oleh balitanya.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat memilih makanan yang dikemas antara lain :
- Lihat tanggal kadaluarsanya
- Perhatikan komposisi dari bahan-bahan pembuatnya
- Kandungan zat gizinya
- Izin dari Depkes (BPOM)
- Nama dan alamat pabrik (produsennya)
Bila dalam makanan-makanan itu terdapat kandungan zat penyedap dalam hal ini MSG (Mono Sodium Glumat), supaya dihindarkan membelinya. Karena zat ini kurang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak balita.
Saat ini, dengan kemudahan yang didapat dalam membeli makanan kemasan, ibu lebih sering memberikan makanan kemasan untuk kebutuhan snack atau makanan ringan bagi balitanya. Ibu lebih jarang membuat makanan ringan yang sehat dan lebih banyak memberikan produk makanan kemasan. Hal ini menyebabkan anak balita terpapar dengan berbagai jenis zat yang dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan balita.
Makanan yang paling baik bagi anak balita kita adalah makanan yang diolah sendiri oleh keluarganya dalam hal ini ibunya. Karena sudah terjamin kualitas dan kebersihannya.
Bagi ibu perlu pengetahuan juga bahwa dalam memasak tidak perlu menambahkan bahan-bahan penyedap, pemanis atau pewarna buatan, karena itu juga kurang baik bagi balita. Bila memerlukan bahan-bahan itu, bisa dipergunakan bahan-bahan yang alami saja. Misal, untuk penyedap bisa menggunakan garam atau gula, atau bumbunya diperbanyak. Untuk pewarna bisa menggunakan kunyit (kuning), pandan (hijau), batang secang (merah), dan lain-lain. Untuk pemanis bisa menggunakan gula pasir atau gula jawa.
Selain ketelatenan ibu dalam memilih bahan-bahan yang dipergunakan untuk memasak menu sehari-hari di rumahnya, diperlukan juga pengetahuan ibu tentang cara memasak makanan yang baik dan benar. Bila bahan untuk memasak sudah benar, tetapi cara memasak salah, maka masakan yang dihasilkan akan memiliki nilai gizi yang kurang. Pengetahuan dan perilaku yang diperlukan ibu untuk menghasilkan masakan yang sehat antara lain :
- Mencuci bahan makanan sebelum digunakan atau dimasak dengan menggunakan air yang bersih tanpa mengurangi nilai gizi dari bahan makanan tersebut
- Menggunakan garam beryodium pada setiap masakan
- Menggunakan peralatan masak yang bersih yang sudah dicuci dengan menggunakan sabun/detergen
- Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun sebelum memegang bahan makanan dan setiap kali memulai kegiatan memasak
Bila hal-hal tersebut di atas sudah diterapkan ibu dalam setiap aktivitas memasaknya, maka dapat dipastikan makanan yang dihasilkan pasti akan memiliki cita rasa yang enak dan tentunya sehat.
Garam pada masakan merupakan sesuatu yang mutlak harus ada supaya makanan memiliki cita rasa yang enak. Tapi, dalam pemberian garam pada makanan perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain :
- Garam dimasukkan di akhir pada proses pengolahan makanan
- Jangan memasukkan garam pada saat masakan sedang mendidih, karena hal ini akan mengakibatkan hilangnya Iodium yang ada pada garam tersebut
- Jangan memasukkan garam pada saat menghaluskan bumbu masakan atau sambal dengan cara diulek ataupun menggunakan blender, karena hal ini juga akan menghilangkan kandungan Iodium yang ada pada garam.
Bila cara ibu dalam memberikan garam pada masakan yang diolahnya sudah benar, maka manfaat Iodium yang ada pada garam tersebut akan dapat dirasakan. Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan Iodium tidak akan terjadi pada anak balitanya, sehingga anak balita akan menjadi sehat dan cerdas.
Selain pengetahuan dan perilaku ibu dalam memasak, perilaku ibu dalam mengatur pola makan balitanya juga mempengaruhi status gizi balita. Bila ibu telaten dalam memperhatikan pola makan balitanya, dan selalu membuat variasi menu makanan setiap hari pada keluarganya, tentu saja hal ini akan berpengaruh baik bagi gizi balitanya. Dan bahkan mampu merangsang nafsu makan pada balitanya dan anggota keluarga lainnya.
Makanan yang sehat bukan berarti makanan itu harus mahal, tapi makanan yang memiliki kandungan gizi yang baik dan tepat, bisa saja berasal dari lahan sendiri di samping rumah seperti sayur dan buah. Tempe dan tahu bila diolah dengan menu yang bervariasi bisa saja menggugah selera dan pastinya memiliki zat gizi yang baik.
Jadi,kunci sebenarnya untuk bisa memiliki balita yang sehat ada pada ibunya sendiri. Bila ibu memiliki pengetahuan yang cukup tentang pola makan yang baik bagi anak balitanya serta pengetahuan yang baik dan benar tentang cara mengolah bahan makanan dan cara memasaknya, maka dia akan memiliki anak yang sehat dengan kebutuhan gizi yang baik. Atau sebaliknya. Dengan demikian, diharapkan akan terwujud anak balita yang sehat, cerdas dan memiliki akhlak yang mulia di dalam keluarga.