AGAR ORANG BICARA DENGAN NYAMAN

Agar orang bicara, kita harus bertanya. Saat orang bicara, komunikator menunjukkan dirinya mendengarkan,  agar :  1) memahami masalah komunikasi lawan bicara (kekhawatiran, ketakutan, motivasi atau lainnya) sehingga dapat merumuskan pesan yang pas, dan 2) berharap hukum resiprokal akan berlaku di mana bila komunikator mendengarkan, maka dia akan didengarkan saat giliran bicara.

Dan bertanya itu ada tekniknya.

Suatu waktu seorang petugas imunisasi mengeluh. “Saya sudah bertanya. Macam-macam pula pertanyaannya. Tapi ibu itu tetap dia saja.”

“Apa saja pertanyaannya?”

“Saya tanya, ibu kenapa tidak mau anaknya diimunisasi? Apa yang dikhawatirkan?”

Bila ibu itu memiliki sikap menolak imunisasi atau sebetulnya mau tapi dilarang keras suami dan di saat bersamaan merasa inferior di hadapan tenaga kesehatan, maka wajar bila dia sulit menjawab pertanyaan yang hendak menguliti sikapnya.  Menjawab justru akan membuat posisinya terpojok. Takut nanti disalah-salahkan.

Di sini, kuncinya adalah cara bertanya. Berikut beberapa tips yang bisa dipertimbangkan :

  1. Hindari memulai dengan pertanyaan kenapa atau mengapa?

 “Kenapa ibu tidak mau anaknya diimunisasi?” Pertanyaan kenapa pada perilaku yang dinilai negatif akan terdengar sama dengan disalahkan. Ini membuat beban tersendiri.

  1. Yang penting orang bicara dulu.

Pelan-pelan. Setelah panas, baru lemparkan pertanyaan inti. Di kasus ibu di atas, mending tanya dulu:

“Ibu anaknya sudah usia berapa?”

“Udah lancar belum ngomongnya?” “

“Suka makan apa saja?”

Kalau jawaban-jawaban sudah mengalir lancar, rasanya tidak mungkin tiba-tiba dia akan mingkem alias diam saat ditanya, “Waktu acara imunisasi di Posyandu kemarin, adiknya kemana ini? Kok ga kelihatan?”

  1. Mulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang mudah dijawab.

Jangan yang konseptual, hafalan atau yang susah direspon. Pertanyaan yang mudah dijawab adalah tentang yang dialami sehari-hari.

“Apa yang biasanya ibu makan pagi hari?”

Bandingkan dengan: “

“Apa pernah dengar apa itu anemia? Apa itu anemia?”

  1. Gunakan pertanyan pihak ke-3 (third party question), bila isunya sensitif.

“Bu, kira-kira kenapa ya ada suami di kampung sebrang melarang anaknya diimunisasi?”

Bandingkan dengan:

“Kenapa suami ibu melarang anak untuk diimunisasi?”

Moga-moga bermanfaat untuk mengajak warga berbicara dengan nyaman.

 

RR

Review by : Fivi Yanti, SKM, Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli Madya Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kab. Kulon Progo